Tuesday, March 8, 2016

Thanks Allah:)"

Actually, I feel some of feelings like happy, sad, worry, fear, grateful. But, I must to say "Alhamdulillah" for everything. Counting the months, I will have one of special moment in my life. Dear Allah, You always know the best. Dear Allah, please give me some of strength for being the best human. Dear Allah, thanks for giving me this chance. Please make it easier and give me Your blessing. Dear Allah, please help me to keep You as the highest of  love and please forgive for all my sin. Thanks Allah for everything, I love You.

Friday, November 7, 2014

Masih Adakah Nikmat Hidup?

Ketika aku membuka lembaran-lembaran file pegawai yang telah pensiun, kutemukan catatan berikut ini:

Dahulu aku berangan-angan….
Andai aku menjadi seorang pegawai kantoran…
Dan benar saja, akhirnya akupun bekerja sebagai pegawai
Sehingga akupun terobsesi untuk segera menikah.

Dahulu aku berangan-angan …
Kiranya aku dapat menikah..
Dan benar saja, akupun menikah.
akan tetapi hidup ini demikian sepi tanpa kehadiran anak.

Akupun berangan-angan…
kiranya aku dikaruniakan anak
dan benar saja, akupun diberikan karunia anak -anak.
Akan tetapi ,tidak berselang beberapa lama akhirnya aku jenuh dengan dinding2 apartemenku sendiri.

Akupun kembali berangan-angan.
Andai aku memiliki rumah pribadi
Terdapat halaman dan tamannya…
Dan benar saja, setelah berusaha keras akupun memiliki rumah itu, akan tetapi… anak anak ku sudah pada  dewasa..

Akupun kembali berangan-angan
Duhai kiranya aku dapat menikahkan mereka…
Dan benar saja, akhirnya merekapun telah menikah.
Tapi aku jenuh dengan pekerjaanku dengan segala kesulitannya, semuanya terasa sangat melelahkanku.
Akupun kembali berangan-angan
Andai aku segera pensiun agar aku dapat beristirahat.
Benar saja, akupun akhirnya pensiun
Akan tetapi akupun tinggal seorang diri persis seperti kala aku baru lulus kuliah dahulu.

Akan tetapi ketika baru lulus kuliah dahulu
Saat itu aku tengah menyongsong kehidupan
sementara saat ini aku sedang menyongsong akhir kehidupan
Namun meskipun demikian, aku masih saja memiliki setumpuk angan -angan…

Kini aku berangan-angan
Untuk menghafalkan Al Qur’an
Tapi… ingatanku telah mengkhinatiku (cepat lupa)

Aku juga berangan-angan
Untuk berpuasa mendekatkan diri kepada Allah
Tapi kesehatanku tidak lagi mendukungku.

Aku juga berangan-angan
Untuk bangun shalat malam
Tapi kakiku tak mampu lagi menahan beban tubuhku

Sunggu benarlah Sabda Rasulullah al-Musthafa,
“Pergunakanlah sebaik-baiknya 5 perkara sebelum datangnya 5 perkara:
1. Masa mudamu sebelum datang masa tuamu
2. Masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu
3. Masa kayamu sebelum datang masa miskinmu
4. Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu
5. Masa hidupmu sebelum datang kematianmu

Ya Allah! Bantulah kami untuk senantiasa mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu dan melakukan ibadah sebaik-baiknya kepada-Mu.

Saudaraku…
Jika dalam aktivitas harianmu tidak terdapat
Dua rakaat Shalat Duha,

Atau 1 hizb bacaan Qur’an

Atau shalat Witir di malam hari,

Atau ungkapan kalimat baik yang kau ucapkan,

Atau sedekah yang dapat memadamkan kemurkaan Allah,

Atau amalan rahasia yang tak diketahui melainkan Allah.

Maka masih adakah nikmat hidup tersisa untukmu?



Diterjemahkan oleh Fadlan Akbar, Lc. dari artikel berbahasa Arab
http://stiba.net/2014/02/26/panjang-angan-angan/

Friday, October 31, 2014

Hadiah Bagi Para Orang Tua: Metode Cerdas Dalam Menghukum Anak. Cara cerdas untuk menjadikan "perang" antara anak dengan orang tua menjadi: Antara anak dengan kesalahannya sendiri. Buah pena: Jasim Al-Muthawwi'

Seorang ibu berkata:
"Saya punya dua anak, pertama berusia enam tahun dan kedua sembilan tahun. Saya sampai bosan menghukum mereka saking seringnya. Semuanya seolah tidak ada gunanya. Kira-kira apa yang harus saya lakukan?"
Saya berkata:
"Sudah mencoba metode memilih hukuman?"
Dia menjawab: "Saya tidak tahu. Bagaimana?"
Saya berkata: "Sebelum saya jelaskan idenya, ada sebuah kaidah penting dalam meluruskan perangai anak yang kita sepakati. Yaitu: Setiap jenjang usia memiliki metode pendidikan tertentu. Semakin besar anak kita akan membutuhkan berbagai metode dalam berinteraksi dengannya. Namun, Anda akan mendapati bahwa metode memilih hukuman cocok untuk semua usia dan hasilnya positif sekali.
Sebelum kita menerapkan metode ini, kita harus memastikan apakah anak sengaja ataukah tidak melakukan kesalahan tersebut, agar nantinya pelajaran yang kita berikan memberikan manfaat.
Jika tidak sengaja, maka tidak perlu diberi hukuman, cukup ingatkan saja apa kesalahannya.
Adapun jika kesalahannya terulang terus atau sengaja, maka kita bisa memberinya pelajaran dengan berbagai metode, diantaranya: Tidak memberikannya hak-hak istimewa, atau memarahinya dengan syarat bukan sebagai pelampiasan dan jangan memukul.
Kita juga bisa menggunakan metode memilih hukuman. Idenya begini:
Kita minta dia untuk merenung dan memikirkan tiga hukuman yang akan dia ajukan kepada kita. Katakanlah misalnya: Tidak mendapat uang saku, atau tidak boleh main ke rumah teman selama sepekan, atau handphone miliknya disita.
Lalu kita pilih salah satu untuk kita jatuhkan padanya.
Ketika tiga hukuman tidak sesuai dengan keinginan orang tua...contohnya: Tidur, atau diam selama satu jam atau membersihkan kamar, maka kita minta dia untuk mencari lagi tiga hukuman lain.
Saya mengenal beberapa keluarga yang telah mencobanya dan ternyata sukses. Sebab ketika seorang anak memilih hukumannya sendiri, kita telah menjadikannya berperang melawan kesalahannya, bukan ketegangan dengan orang tuanya disamping kita bisa menjaga ikatan kasih sayang orang tua dengan anak.
Selain itu kita juga telah menghormati pribadinya dan menjaga kemanusiaannya tanpa menghina ataupun merendahkannya.
Ibu itu menyela: "Tapi, tidak menutup kemungkinan hukuman yang diajukan tidak bisa mengobati kemarahanku."
Saya menjawab: "Kita wajib membedakan antara mengajar dengan menghajar. Tujuan memberi pelajaran adalah meluruskan perangai anak. Ini butuh kesabaran, pengawasan, komunikasi dan arahan yang berkesinambungan.
Adapun kita teriak-teriak di hadapannya atau memukulnya dengan keras, ini adalah menyiksa bukan mendidik. Ketika kita menghukum anak, kita tidak menghukum mereka sesuai kadar kesalahan, namun kita memberikan hukuman lebih, sebab disertai oleh kemarahan. Disebabkan banyaknya tekanan atas diri kita, akhirnya anak yang menjadi korban. Karena itulah kita menyesal setelah menghukumnya. Emosi membuat kita lupa diri, sebab itu ketika telah tenang kita menyesal telah tergesa-gesa."
Kemudian saya berkata kepada ibu itu:
"Saya tambahkan hal penting, yaitu ketika Anda  berkata kepada anak Anda: Masuk kamar, merenung dan pikirkan lah tiga hukuman yang akan ibu pilih untukmu", sikap seperti ini merupakan pendidikan. Sebab ia akan menjadi komunikasi batin antara anak yang telah melakukan kesalahan dengan dirinya sendiri. Ini bagus untuk meluruskan perangai dan introspeksi diri, selain termasuk pembelajaran yang memberikan hasil."
Ibu itu berkata: "Demi Allah, ide yang cerdas. Saya akan coba."
Saya berkata: "Saya sendiri telah mencobanya dan berhasil. Banyak juga keluarga yang saya ketahui mencobanya dan berhasil.
Penghargaan kepada anak tetap ada selama itu dalam rangka memberikan pelajaran.

Ibu itu pun pergi dan kembali sebulan kemudian. Dia berkata: "Metode itu sukses. Sekarang saya jarang emosi. Mereka sendiri yang memilih hukuman. Saya berterima kasih atas ide ini. Tapi saya mau bertanya dari mana Anda mendapatkan ide luar biasa ini?"
Saya menjawab: "Dari metode Al-Quran. Sesungguhnya Allah memiliki perumpamaan paling tinggi. Allah memberikan tiga pilihan kepada orang yang melakukan kesalahan dan dosa, seperti perintah dalam kafarat sumpah dan lainnya, yaitu: Memerdekakan budak, atau puasa atau memberikan sedekah. Pilihan bagi pelaku kesalahan ini merupakan metode yang luar biasa."
Ibu itu berkata: "Jadi ini adalah metode pendidikan Al-Quran."
Saya berkata: "Benar, Al-Quran dan As-Sunnah memiliki banyak metode pendidikan luar biasa untuk memperbaiki perilaku manusia, kecil dan besar. Sebab Allah yang telah menciptakan jiwa-jiwa. Dia Maha Mengetahui apa yang pantas mereka dan apa metode yang sesuai untuk meluruskan dan menjaganya."

Buat para orang tua, dan calon orang tua..

Catatan Hati

Aku iri pada mereka yang telah menyempurnakan separuh agamanya

Aku iri pada mereka yang berhijrah bersama dan mengabdikan diri untukMu

Aku iri pada mereka yang cintanya semakin bertambah untukMu

Suatu saat nanti ketika tiba waktuku untuk menyempurnakan separuh agamaku

Aku akan menggunakan amanah itu dengan sebaik baiknya

Menahan diri pula untuk tidak menunjukkan kemesraan dengan pasangan sah di depan umum

Berusaha untuk selalu menempatkan diriMu sebagai cinta tertinggi

Bergandengan bersamanya menuju jalan cintaMu

Thursday, October 30, 2014

Thankyou Bolang:)

Dear Bolang,

Terima kasih telah menjadi teman terbaikku dalam suka dan duka

Terima kasih telah membuat hari hariku menjadi lebih hidup

Terimakasih atas segala canda dan tawa

Terimakasih telah mengajakku berpetualang ke tempat tempat yang ingin aku kunjungi

Terimakasih telah bersedia menerima sikapku yang egois dan idealis yang seringkali membuatmu sebal

Terimakasih telah mudah memaafkan semua kesalahanku

Terima kasih selalu mendukung segala pilihanku

Terimakasih untuk segalanya

Smoga kita bisa selalu bersama dalam suka dan duka

Smoga kita bisa berhijrah bersama menjadi lebih baik 

Thursday, September 19, 2013

Berawal dari Diri Sendiri

Pernah ingat khan kata-kata “Change Yourself Then Change The Others”?Saya pernah mengalaminya lho, ceritanya sih simple . Minggu pagi itu saya ingin pergi ke Al-Azhar di daerah Blok M, saya berangkat dari rumah teman di daerah Serpong. Saya berangkat menggunakan Commuter Line dari stasiun Serpong. Saya pikir pengguna kereta bakal sepi, ternyata hal tsb di luar dugaan saya. Saat melangkahkan kaki masuk ke dalam KRL, penumpang langsung berlarian untuk memperoleh tempat duduk. Saya kalah cepat sehingga tidak memperoleh tempat duduk, akhirnya saya pun berjalan menuju ke gerbong lain,  berharap dapat memperoleh tempat duduk. Tetapi bangku kereta sudah terisi penuh oleh para penumpang, hingga ada seseorang yang bergeser agar saya bisa duduk di tempat yang disisakannya. Namun, bapak di sampingnya malah berkata “Geseran lagi dong, saya khan juga bayar”. Akhirnya saya tidak jadi duduk karena bangku tsb telah diduduki oleh bapak yang menginginkan space luas. Kemudian, saya beranjak ke gerbong lain dan tidak berapa lama setelah saya berdiri, ada seseorang yang menawarkan tempat duduk kepada saya. Saya berterimakasih padanya dan duduk dengan tenang. Di samping saya, berjejer ada tiga cowok ABG. Ketika ada seorang ibu dengan anaknya yang baru saja memasuki kereta, salah seorang cowok ABG itu berniat untuk memberikan tempat duduk kepada sang ibu. Ia berbisik kepada temannya “Kasih tempat duduk enggak nih?” Temannya menjawab sambil menggeleng “Enggak usah”. Saya pun merasa kasihan kepada ibu itu, tetapi ia dan anaknya sudah menghilang sebelum saya sempat menawarkan tempat duduk. Secara gak sadar saya menggerutu sambil melihat ke arah mereka yang terlihat memejamkan mata “Bukannya dikasih tempat duduk deh, apatis banget”  (tau deh tuh cowok2 ABG denger apa enggak).  Saya juga agak merasa bersalah karena terlambat menawarkan tempat duduk sebelum ibu itu pergi ke gerbong lain. Tak berapa lama kemudian, kembali muncul seorang penumpang (lagi-lagi seorang ibu yang menggendong anak). Belajar dari kejadian sebelumnya, saya pun langsung menawarkan tempat duduk ke ibu itu. Dan tanpa saya sangka, cowok ABG di samping saya ikut menawarkan tempat duduk agar anak dari ibu itu dapat leluasa duduk. Kemudian, kedua teman di sampingnya juga menawarkan tempat duduk untuk penumpang lain. Saya yang tadinya sempet bete sama mereka, langsung tersenyum melihat sikap mereka. Langsung hilang deh tuh rasa bete dan kesel. Dalam hati saya berkata “Emang bener yaa Change Yourself Then Change The Others”, kalo ingin orang lain berperilaku menolong,  tunjukkan perilaku tsb dari diri sendiri terlebih dahulu. Maka, orang lain akan terinfluence untuk melakukan hal yang sama. Mulai saat itu, saya berjanji kepada diri sendiri untuk tidak menuntut orang lain mesti begini begitulah, sebelum saya sendiri yang melakukannya. Saya pun masih berproses menjadi pribadi yang lebih baik.

*Cerita beberapa bulan lalu, baru ditulis tanggal 19 September 2013 (sambil menunggu jam pulang kantor)*

Tanpa Judul

Kenikmatan semu, kenyamanan sesaat
Blur...semua seperti fatamorgana
Seperti oase di tengah padang pasir
Aku hanya bisa terdiam membeku
Kering air mata ini untuk menangis, hampa hati ini
Aku yang sekarang hanyalah aku yang tak tahu arah
Aku yang sekarang adalah aku yang mengharapkan belaian tanganMu yang mendamaikanku